7 Langkah Jitu Menahan Marah saat Hadapi Anak

Adakah dari orang tua yang belum pernah memarahi anaknya sama sekali? Rasanya agak mustahil, pasti pernah sesekali memarahi anak jika perbuatannya sudah menguras kesabaran.

Meski memarahi anak bisa berdampak buruk bagi perkembangan mentalnya, tapi sesekali memang perlu dilakukan agar ia tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama.

Lalu apa yang kamu rasakan setelah memarahi si Kecil?

Apakah menyesal, bingung, atau malah puas? Hampir semua orang tua menyesal setelah memarahi anak.

Mana ada orang tua yang tega melihat anaknya ketakutan setelah mendengar bentakan atau kalimat yang agak kasar.

Nah, agar kamu bisa menahan hasrat untuk memarahi si Kecil, Djonews.com akan memberikan tujuh tips di bawah ini, semoga bisa membantu.

Tersenyum dan tarik napas dalam-dalam

Anak menjatuhkan gelas dari atas meja karena menerbangkan pesawat mainannya? Sementara kamu sebagai orang tua sedang sibuk membereskan baju dan rasanya sudah lelah sekali.

Tahan, jangan langsung berteriak dan mendekatinya. Setelah bibir kamu tersenyum, lalu tarik napas dalam-dalam. Buang perlahan lewat mulut dan coba untuk tersenyum lagi.

Tunggu sampai kamu cukup tenang dan denyut jantung terasa sudah lebih stabil. Baru setelah itu dekati si Kecil dan bicara pelan-pelan.

Ajak ia membereskan gelas yang pecah karena mainannya.

Jika kamu takut kaki dan tangannya terkena pecahan kaca, minta ia mengamati dari dekat agar tak lagi mengulangi kesalahannya.

Jauhkan diri dari si Kecil saat merasa sangat kesal

Jika kamu adalah tipikal orang yang sulit menahan amarah, menjauhlah dari si Kecil setelah ia bertingkah menjengkelkan.

Pergi ke teras sebentar atau ke kamar mandi untuk membasuh wajah dengan air.

Tenangkan diri terlebih dahulu sebelum mendekat ke si Kecil dan membahas kesalahan yang ia lakukan.

Bayangkan ekspresinya saat dimarahi

Sambil kamu menenangkan diri, coba bayangkan wajahnya jika ia dimarahi.

Apakah ia akan menunduk dalam ketakutan, atau langsung menangis sesenggukan hingga terlihat seperti orang sesak napas?

Bayangkan wajahnya dan resapi, apakah kamu benar-benar ingin melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu.

Pandangi fotonya

Cara yang lebih ampuh ketimbang membayangkan ekspresi wajahnya ketika dimarahi adalah memandangi fotonya. Pergilah ke ruang tamu atau kamar tidur, lalu ambil fotonya.

Cari ekspresinya yang paling lucu dan amati beberapa saat. Apakah kamu masih ingin memarahinya?

Wajahnya yang tersenyum ceria itu kini tengah digantikan dengan ekspresi cemas dan ketakutan.

Ia sadar telah membuat kesalahan, dan kini sedang menunggu kamu datang untuk memarahinya. Pandangi lagi foto itu. Ini dapat membantu mengusir perasaan kesal kamu.

Dekati, Cium Aroma Tubuh Si Kecil

Jika kamu sudah cukup tenang, dekati Si Kecil dan cium aroma tubuhnya. Aroma yang sama pernah membuat kamu rela berjuang menahan sakit saat melahirkan.

Aroma yang membangkitkan semangat kamu meski kadang lelah harus bangun tengah malam untuk menyusui dan mengganti popok.

Apakah kamu bisa membayangkan jika suatu hari tak bisa mencium aroma ini lagi? Jangan marah ya.

Bicara dengan suara rendah

Meski kamu sudah berhasil menahan diri untuk tidak marah, si Kecil tetap harus mendapat penjelasan agar tak megulang kesalahan yang sama.

Cobalah untuk bicara pelan-pelan dengan suara rendah.

Buat ia megerti dan nyaman tanpa rasa takut.

Peluk erat si Kecil

Terakhir, peluk erat tubuh si Kecil. Rasakan sentuhan kulitnya. Dengarkan denyut jantungnya yang masih agak kencang karena takut kamu sebagai orang tuanya marah.

Belai perlahan rambutnya, dan cium keningnya sekali lagi. Kamu sadar ia hanya anak kecil yang belum mengerti banyak hal. Memarahinya hanya akan membuat ia trauma dan hatinya terluka.

Coba praktekkan tujuh tips di atas saat emosi mu mulai terpancing melihat tingkah si Kecil. apakah kamu yakin masih berani memarahinya?

Selamat mencoba!

Tinggalkan komentar